Manual Epidemilogi Lapangan CDC
Halaman ini adalah terjemahan dalam bahasa indonesia dari Epidemic Intelligence Service CDC
Lihat Versi AsliBab 9: Mengoptimalkan Epidemiologi—Kolaborasi Laboratorium
M. Shannon Keckler, Reynolds M. Salerno, dan Michael W. Shaw
Sans laboratoires les savants sont des soldats sans armes. Tanpa laboratorium, ilmuwan adalah tentara tanpa senjata.
—Louis Pasteur (1923)
Alexander Langmuir yang dikutip pada awal 1960-an menginstruksikan kepada petugas Epidemic Intelligence Service (EIS) yang baru masuk bahwa satu-satunya kebutuhan laboratorium dalam investigasi KLB adalah untuk "membuktikan kesimpulan mereka benar."
—Walter R. Dowdle (2011)
PENDAHULUAN
Meskipun kutipan yang diambil secara sendiri-sendiri tersebut membuat Louis Pasteur dan Alexander Langmuir seolah memiliki gagasan yang berlawanan tentang peran laboratorium dalam investigasi KLB, masing-masing kutipan ini memiliki kesahihan. Pada akhir abad kesembilan belas, data laboratorium Pasteur yang mendukung "teori kuman" penyakit tidak hanya mengarah pada pasteurisasi dan vaksinasi (1), tetapi juga memberikan bukti yang menggoyahkan pendapat para pengamat ilmiah untuk menerima teori bahwa mikroorganisme adalah penyebab penyakit. Pergeseran dalam fokus ilmiah ini menjelaskan karya Dr. James Lind, Dr. Ignaz Semmelweiss, dan Dr. John Snow yang saat itu relatif tidak dikenal, yang peta dan statistiknya secara elegan memperkenalkan epidemiologi sebagai ilmu. Hampir satu abad kemudian, yaitu pada saat Dr. Langmuir memberikan komentarnya (2), tim investigasi lapangan, yang hanya dipersenjatai dengan alat epidemiologi, tiba di Pontiac, Michigan, dan menentukan rantai infeksi dalam KLB sumber titik yang terkait dengan agen mikroba yang tidak diketahui yang tumbuh di reservoir baru dengan cara penularan baru (3). Yang penting dari kejadian ini adalah hasil epidemiologi digunakan untuk menghentikan KLB demam Pontiac, 8 tahun sebelum laboratorium Pusat Pengendalian Penyakit (kemudian disebut Centers for Disease Control and Prevention, [CDC]) mengidentifikasi Legionella spp. sebagai agen penyebab (4). Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa membandingkan kepentingan relatif epidemiologi dan ilmu laboratorium dengan investigasi lapangan mirip dengan perdebatan kuno tentang apakah ayam atau telur lebih dulu. Perdebatan ini hanya berputar-putar dan mengaburkan kebenaran yang lebih mendasar. Apa yang diyakini oleh Pasteur dan Langmuir, dan apa yang telah ditunjukkan oleh sejarah, adalah bahwa ahli epidemiologi maupun ilmuwan laboratorium dapat membuat penemuan independen yang memiliki dampak ilmiah bermakna, tetapi kolaborasi lintas disiplin akan memiliki efek sinergis dan menghasilkan data kesehatan-masyarakat yang lebih kuat daripada salah satu disiplin ilmu saja (2).
PERAN MODERN LABORATORIUM KESEHATAN-MASYARAKAT DALAM INVESTIGASI LAPANGAN
Selama awal 1980-an, perkembangan revolusioner di bidang biologi molekuler dan ilmu komputer mulai tercermin dalam kemajuan teknologi ilmu laboratorium. Hasilnya, para peneliti sekarang dapat menyelesaikan pengumpulan sampel, penerimaan dan pelacakan sampel elektronik, pemrosesan sampel, diagnostik pasien, identifikasi dan kuantifikasi kimia, identifikasi mikroba, dan pengujian kerentanan antimikroba dengan lebih cepat, aman, dan akurat daripada sebelumnya. Teknologi laboratorium, termasuk pengurutan seluruh genome (whole genome sequencing, WGS), bioinformatika, dan teknologi lain yang terkait dengan deteksi molekuler canggih, terus berkembang dengan kecepatan yang fenomenal.
Karena teknologi laboratorium telah berkembang dari waktu ke waktu, peran laboratorium dalam investigasi lapangan juga berkembang. Selain peran tradisional dalam menyediakan informasi mengenai agen penyebab dan identifikasi sumber titik dan konfirmasi kasus, manfaat hasil laboratorium saat ini meningkat untuk menginformasikan semua aspek investigasi KLB. Tujuan investigasi lapangan penting yang memasukkan informasi data laboratorium meliputi:
- Identifikasi dan karakterisasi agen etiologi (5,6).
- Penentuan dan deteksi kasus (7,8).
- Identifikasi sumber titik (9).
- Panduan perawatan klinis dan manajemen kasus (10-12).
- Analisis akar penyebab dan desain intervensi (13).
- Pengendalian KLB (14–16).
- Definisi Rantai Infeksi (17,18).
Meningkatkan pemahaman multidisiplin tentang kebutuhan dan persyaratan epidemiologi, serta cara terbaik untuk memanfaatkan kemampuan laboratorium diagnostik tingkat lanjut, akan terus memperkuat kinerja tim investigasi KLB di masa depan.
TUJUAN BAB INI
Bab ini memberikan panduan umum dan rekomendasi untuk tim investigasi lapangan. Meskipun fokus utama bab ini adalah KLB penyakit menular, informasi terkait laboratorium untuk exposure non-biologis juga disertakan. Instruksi ini, meskipun tidak harus bersifat universal, dimaksudkan untuk membantu tim mempertimbangkan cara mengintegrasikan keahlian dan kapasitas laboratorium lokal, negara bagian, regional, nasional, dan internasional selama proses investigasi KLB. Tautan sumber daya daring untuk tugas terkait laboratorium tertentu yang terlibat dalam investigasi lapangan disertakan untuk memberikan akses ke informasi terbaru.
KESIMPULAN
Epidemiologi adalah fondasi ilmiah kesehatan-masyarakat. Namun, seperti halnya fondasi apa pun, ia harus bertumpu pada landasan yang kokoh, yaitu gabungan disiplin ilmu. Laboratorium kesehatan-masyarakat lokal, negara bagian, dan federal memiliki ahli dalam berbagai bidang teknis, termasuk mikrobiologi, parasitologi, mikologi, statistik, bioinformatika, biologi molekuler, toksikologi, ekologi, kimia, kesehatan kerja, ekologi mikroba, ilmu laboratorium, kesehatan lingkungan , biosafety, biosecurity, manajemen klinis, dan teknologi medis. Oleh karena itu, menciptakan kolaborasi yang stabil dan berkelanjutan dengan laboratorium akan meningkatkan praktik epidemiologi dan, pada gilirannya, meningkatkan kesehatan-masyarakat.
REFERENSI
- Berche, P., Louis Pasteur, from crystals of life to vaccination. Clin Microbiol Infect.2012;18 Suppl 5:1–6.
- Dowdle WR, Mayer LW, Steinberg KK, Ghiya ND, Popovic T; CDC. Laboratory contributions to public health. MMWR Suppl. 2011;60:27–34.
- Glick TH, Gregg MB, Berman B, Mallison G, Rhodes WW Jr, Kassanoff I. Pontiac fever. An epidemic of unknown etiology in a health department: I. Clinical and epidemiologic aspects. Am J Epidemiol. 1978;107:149–60.
- Kaufmann AF, McDade JE, Patton CM, dkk. Pontiac fever: isolation of the etiologic agent (Legionella pneumophilia) and demonstration of its mode of transmission. Am J Epidemiol. 1981;114:337–47.
- Jernigan DB, Raghunathan PL, Bell BP, dkk. Investigation of bioterrorism-related anthrax, United States, 2001: epidemiologic findings. Emerg Infect Dis. 2002;8:1019–28.
- Gieraltowski L, Higa J, Peralta V, dkk. National outbreak of multidrug resistant Salmonela Heidelberg infections linked to a single poultry company. PLoS One. 2016;11:e0162369.
- CDC. Severe acute respiratory syndrome (SARS) and coronavirus testing—United States, 2003. MMWR. 2003;52:297–302.
- Moturi E, Mahmud A, Kamadjeu R, dkk. Contribution of contact sampling in increasing sensitivity of poliovirus detection during a polio outbreak—Somalia, 2013. Open Forum Infect Dis. 2016;3:ofw111.
- Hoffmaster AR, Fitzgerald CC, Ribot E, Mayer LW. Molecular subtyping of Bacillus anthracis and the 2001 bioterrorism-associated anthrax outbreak, United States. Emerg Infect Dis. 2002;8:1111–6.
- Nakao JH, Talkington D, Bopp CA, dkk. Unusually high illness severity and short incubation periods in two foodborne outbreaks of Salmonela Heidelberg infections with potential coincident Staphylococcus aureus intoxication. Epidemiol Infect. 2018;146:19–27.
- Folster JP, Grass JE, Bicknese A, Taylor J, Friedman CR, Whichard JM. Characterization of resistance genes and plasmids from outbreaks and illness clusters caused by Salmonela resistant to ceftriaxone in the United States, 2011–2012. Microb Drug Resist. 2017;23:188–93.
- de Oliveira AM, Skarbinski J, Ouma PO, dkk. Performance of malaria rapid diagnostic tests as part of routine malaria case management in Kenya. Am J Trop Med Hyg. 2009;80:470–4.
- Tyndall JA, Gerona R, De Portu G, dkk. An outbreak of acute delirium from exposure to the synthetic cannabinoid AB-CHMINACA. Clin Toxicol (Phila). 2015;53:950–6.
- Flint M, Goodman CH, Bearden S, dkk. Ebola virus diagnostics: the US Centers for Disease Control and Prevention laboratory in Sierra Leone, August 2014 to March 2015. J Infect Dis. 2015;212 Suppl 2:S350–8.
- Jelden KC, Iwen PC, Herstein JJ, dkk. U.S. Ebola treatment center clinical laboratory support. J Clin Microbiol. 2016;54:1031–5.
- McCarty CL, Basler C, Karwowski M, dkk. Response to importation of a case of Ebola virus disease—Ohio, October 2014. MMWR. 2014;63:1089–91.
- CDC. Spinal and paraspinal infections associated with contaminated methylprednisolone acetate injections—Michigan, 2012–2013. MMWR. 2013;62:377–81.
- Lockhart SR, Pham CD, Gade L, dkk. Preliminary laboratory report of fungal infections associated with contaminated methylprednisolone injections. J Clin Microbiol. 2013;51:2654–61.
- CDC. Recognition of illness associated with exposure to chemical agents—United States, 2003. MMWR. 2003;52:938–40.
- Baron EJ, Miller JM, Weinstein MP, dkk. A guide to utilization of the microbiology laboratory for diagnosis of infectious diseases: 2013 recommendations by the Infectious Diseases Society of America (IDSA) and the American Society for Microbiology (ASM)(a). Clin Infect Dis. 2013;57:e22–e121.
- Chen L, Brueck SE, Niemeier MT. Evaluation of potential noise exposures in hospital operating rooms. AORN J. 2012;96:412–8.
- Dickerson AS, Rahbar MH, Han I, dkk. Autism spectrum disorder prevalence and proximity to industrial facilities releasing arsenic, lead or mercury. Sci Total Environ. 2015;536:245–51.
- Erck Lambert AB, Parks SE, Camperlengo L, dkk. Death scene investigation and autopsy practices in sudden unexpected infant deaths. J Pediatr. 2016;174:84–90 e1.
- Kennedy C, Lordo R, Sucosky MS, Boehm R, Brown MJ. Evaluating the effectiveness of state specific lead-based paint hazard risk reduction laws in preventing recurring incidences of lead poisoning in children. Int J Hyg Environ Health. 2016;219:110–7.
- Miller CW1, Ansari A, Martin C, Chang A, Buzzell J, Whitcomb RC Jr. Use of epidemiological data and direct bioassay for prioritization of affected populations in a large-scale radiation emergency. Health Phys. 2011;101:209–15.
- Renn O, Graham P. Risk governance: towards an integrative approach. Geneva: International Risk Governance Council; 2005:157.
- Salerno RM, Gaudioso J. Laboratory biorisk management: biosafety and biosecurity. Boca Raton, FL: CRC Press; 2015.
- Sejvar J, Lutterloh E, Naiene J, dkk. Neurologic manifestations associated with an outbreak of typhoid fever, Malawi–Mozambique, 2009: an epidemiologic investigation. PLoS One. 2012;7:e46099.
- Balestri R, Bellino M, Landini L, dkk. Atypical presentation of enterovirus infection in adults: outbreak of ‘hand, foot, mouth and scalp disease’ in northern Italy. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2017;32:e60–e61.
- Majumdar R, Jana CK, Ghosh S, Biswas U. Clinical spectrum of dengue fever in a tertiary care centre with particular reference to atypical presentation in the 2012 outbreak in Kolkata. J Indian Med Assoc. 2012;110:904–6.
- CDC. Pneumocystis pneumonia—Los Angeles. MMWR. 1981;30:250–2.
- Hawley B, Casey ML, Cox-Ganser JM, Edwards N, Fedan KB, Cummings KJ. Notes from the field: respiratory symptoms and skin irritation among hospital workers using a new disinfection product—Pennsylvania, 2015. MMWR. 2016;65:400–1.
- Duffy MR, Chen TH, Hancock WT, dkk. Zika virus outbreak on Yap Island, Federated States of Micronesia. N Engl J Med. 2009;360:2536–43.
- Cherry C, Leong K, Wallen R, Buttke D. Notes from the field: injuries associated with bison encounters—Yellowstone National Park, 2015. MMWR. 2016;65:293–4.
- Istre GR, Gustafson TL, Baron RC, Martin DL, Orlowski JP. A mysterious cluster of deaths and cardiopulmonary arrests in a pediatric intensive care unit. N Engl J Med. 1985;313:205–11.
- Sencer D. How should the federal government respond to the influenza problem caused by a new virus? In: Neustadt RE, Fineberg HV. The swine flu affair: decision-making on a slippery disease. Washington, DC: National Academies Press; 1978. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK219607/external icon
- Moore A, Nelson C, Molins C, Mead P, Schriefer M. Current guidelines, common clinical pitfalls, and future directions for laboratory diagnosis of Lyme disease, United States. Emerg Infect Dis. 2016;22.
- World Health Organization. Guidelines for the collection of clinical specimens during field investigation of outbreaks. Geneva: World Health Organization; 2000.
- Crump JA1, Corder JR, Henshaw NG, Reller LB. Development, implementation, and impact of acceptability criteria for serologic tests for infectious diseases. J Clin Microbiol. 2004;42:881–3.
- Jorgensen JH, Ferraro MJ. Antimicrobial susceptibility testing: a review of general principles and contemporary practices. Clin Infect Dis. 2009;49:1749–55.
Empson MB. Statistics in the pathology laboratory: diagnostic test interpretation. Pathology. 2002;34:365–9.